Kamis, 24 April 2014
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
hy Teman , kali ini saya mau berbagi pengalaman ni tentang kekesalan hati ini karena di permainkan oleh si printer yang ngga bisa di ajak kompromi , ahahha
langsung ajah Ini berawal dari pengalaman ku beberapa minggu yang lalu ketika aku print out tugas kuliah dari file Ms. Word di printer Canon yang tiba-tiba font hasil print jadi 50% lebih kecil dan tentu tidak sesuai dengan setingan sebelumnya. berkali-kali aku ulangin dan hasilnya sungguh sangat tidak memuaskan / sama saja dan tentunya membuat hati ini jengkel sekali cause waktu menyusun Tugasnya semakin dekat :D ( Curcol ). Akhirnya saya mencoba mencari solusinya di Google , searching sana kemari , tapi hasilnya pun belum memuaskan . akhirnya saya memberanikan diri untuk mencoba memecahkan solusinya sendiri utak-atik sendiri dengan berbekal sedikit ilmu yang aku dapat dari searching tadi , dan alhamdulillah akhirnya berhasil juga
Nah, sekarang aku mau berbagi dengan teman-teman siapa tauk ada yang mengalami masalah seperti yang aku alami. langsung aja Cekidot
1. Seperti biasa buka perintah print dengan buka menu unta Ms. word yanng berada di ujung kiri atas dan pilih Print atau dengan ctrl + P
2. Selanjutnya pilih Printer Canon/Printer yanng sedang kamu gunakan dan klik Properties
3. Setelah itu pilih ta Page Setup dan klik Default , kemudian klik OK
Selanjutnya atur pengaturan yang anda kehendaki seperti pengaturan kertas , warna , jumlah copy dll
enough , thanks
semoga bermanfaat (^_^)
Jumat, 11 April 2014
Makalah Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Turki Usmani dan Pada Masa Mongol
0 komentar Diposting oleh SAN di 08.23
MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
“PERADABAN ISLAM PADA MASA TURKI USMANI
DAN PADA MASA MONGOL“
Dosen Pembimbing : M.
Muluk Alfian, S.Pd.I, MH
Disusun Oleh Kelas C
Kelompok VII
Sri Astuti Andayani (1311040139)
Wildan Maududi (1311040123)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN RADEN INTAN
LAMPUNG
Jl. Letkol. H. Endro
Suratmin, Sukarame
Bandar Lampung
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Sejarah Peradaban Islam, pada semester II, di tahun ajaran 2014, dengan
judul Peradaban Islam pada Masa Turki Usmani dan Masa Mongol.
Dengan
membuat tugas ini penulis di harapkan mampu untuk lebih mengetahui tentang
sejarah Islam pada masa Turki Usmani dan masa Mongol.
Penullis
sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalh ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang lebih baik lagi dimasa yang akan
datang.
Harapan
penulis, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri
bagi generasi muda bahwa mempelajari sejarah itu penting, karena dari sejarah
kita dapat belajar banyak hal dan banyak nilai-nilai moral yang kita dapat
seperti mempelajari hasil kebudayaan pada suatu peradaban dan system
pemerintahannya.
Bandar Lampung, 8 April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah
Peradaban Islam adalah sesuatu yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam,
karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita dapat belajar banyak hal dan
banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari hasil kebudayaan
pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari sinilah kita akan
memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, pendidikan dan politik.
Sejak mundur dan berakhirnya era
Abbasiyah, keadaan politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga
kerajaan besar : Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia.
Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga
dengan Imperium Islam. Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika
Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Usmani menyimpan
keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki Usmani mampu berkuasa sekitar 6
abad berturut-turut.
Sejarah peradaban Islam masa Turki Usmani
yang penuh dengan suasana politik, bagaimana kerajaan Turki Usmani mampu
menjadi kerajaan islam yang paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula
kerajaan Islam sebesar ini bisa runtuh dan akhirnya menjadi Republik Turki pada
tahun 1924.
Keruntuhan kerajaan Turki Usmani
disebabkan karena faktor internal dan eksternal.
Dan
setiap bangsa pastilah memiliki sejarah masa lalunya, beserta hasil beradaban
pada masa itu. Sebagaimana dengan peradaban-peradaban di dunia, Bangsa Mongol
pun memiliki kekayaan sejarah dan kebudayaan yang tidak ternilai sumbangannya
terhadap peradaban dunia, pada umumnya dan Islam pada khususnya. Dalam khazanah
pengetahuan sejarah, Bangsa Mongol mulai muncul pada akhir abad XII dan awal
abad XIII.
Begitu
luas kekuasaan Bangsa Mongol, yang kurang lebih tiga abad menguasai sebagian
besar daratan Asia dan Eropa sebelum dan sesudah bersentuhan dengan Islam. Oleh
sebab itu, penulis akan membatasi dalam makalah ini yaitu mengkaji fakta-fakta
yang terjadi di tengah-tengah dinasti-dinasti Islam keturunan Chengis;
Chaghtai, Golden Horde, dan Ilkhan. Kesemuanya itu dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita, maka hal inilah yang melatar belakangi
disusunnya makalah ini.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis
dapat merumuskan beberapa masalah :
1.
Bagaimanakah
proses awal berdirinya Dinasti Usmani ?
2.
Seperti
apakah masa kejayaan dan bagaimana proses kemunduran dinasti Usmani ?
3.
Bagaimana
proses asal usul Bangsa Mongol dan bagaimana para pemimpinnya ?
4.
Bagaimana
proses berdirinya Dinasti Persia ?
5.
Apa
kebudayaan Mongol dan apa dampak
kekuasaan Mongol ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis, diantaranya adalah :
1. Untuk
mengetahui bagaimana sejarah berdirinnya Dinasti Usmanidan Bangsa Mongol .
2. Untuk
mengetahui masa-masa kejayaan dan proses kemunduran Dinasti Usmani.
3. Untuk
mengetahui proses berdirinya Dinasti Persia.
4. Dan mengetahui
kebudayaan Mongol dan dampak kekuasaan Mongol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Usmani
Pendiri
kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol
dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka
pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad
kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.[1]
Di bawah tekanan serangan Mongol pada abad ke-13, mereka
melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah
saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di
bawah pimpinan Ertogul, mereka mengabdi diri kepada SultanAlauddin II, Sultan
Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan
mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa b aik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai
ibu kota.
Tahun1300M,
bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan
Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmani
kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.[2]
Penguasa
pertam adalah Usman yang disebut juga dengan Usman I. setelah Usman I
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun
699 H (1300 M) setap demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluas. Ia
menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menakhlukan kota Broessa tahun 1317
M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaa Turki Usmani.
Pada
masa pemerintahan Orkha (1326-1359 M) Turki Usmani dapat menakhlukan Azumia
(1327), Tasasyani (1330 M), Uskandar (1328 M), Ankara (1354 M), Gallipolli
(1356 M). daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali di duduki
Kerajaan Usmani.[3]
Ketika Murad I berkuas a(1359-1389 M) selain memantapkan
keamanan dalam negri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat
menakhlukan Andrianopel, Macedonia,
Sopia, Solonia dan seluruhwilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke
Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa
disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh
Sijisman, raja Honggaria. Namun sultan bayazid I (1389-1403 M) pengganti Murad
I dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen eropa tersebut. Peristiwa ini
meruapak catatan sejarah yang sangat gemilang bagi umat islam.
Turki
usmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menkhlukan pusat
peradaban Nasrani di bizantium, yaitu konstantinopel. Sultan Muhammad II yang
dikenal dengan sultan Muhammad Al-fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan
Bizantium dan menakhlukan konstantinopel pada tahun 1453 M.[4]
Dengan
terbukanya kota konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan
bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi turki usmani kerena ekspansi turki
usmani juga dilakukan di wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina,
Austria.
Ketika
Sultan Salim (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian kearah timur
dengan menakhlukan Persia, Syiria dan Dinasti Mamalik di mEsir. Usaha Sultan Salim
ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M). Sulaiman berhasil
menundukan Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dana yaman. Dengan
demikian, luas wilayah Turki Usmani pada
masa Sultan Sulaiman mencakup Asia Kecil, Tunis dan Aljazair di Afrika,
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia. Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.
Setelah
Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara
putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi,
meskipun meskipun mengalami kemunduran , kerajaan ini untuk masa abad masih
dipegang sebagai negara terkuat, terutama dalam bidang militer.
Kerajaan
Turki Usmani yang mememrintah hampir tujuh abad lamanya (1299-1924 M),
diperintah oleh 38 sultan.[5]
Kejayaan
Turki Usmani dialami pada abad ke-16, ketika Dinasti Turki Usmani mencapai
kejaya sehingga daerah kekuasnnya itu membentang dari Selat Persia di Asia sampai
ke pintu gerbang kota Wina di Eropa dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair
di Afrika Barat.
Kemajuan
dan perkembamgan sekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan
cepat itu diikuti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk
dalam aspek peradaban.
2.2 Masa Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Usmani
2.2.1
Masa Kemajuan Dinasti Usmani
Dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi
kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut:
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut:
- Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun,
kerajaan Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena
keunggulan politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya
adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang
sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja.
Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan
militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode
ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan
membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara Sipahi (tentara reguler)
yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler)
yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah).
Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat
berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan
disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negeri-negeri non muslim.
Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut
Turki Usmani mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai
wilayah yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang
mendorong kemajuan di bidang kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu
sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Yang
mana tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di
Asia Tengah.
2.
Bidang
Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga
dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam
mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak
tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu
oleh shadr al-a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur).
Gubernur mengepalai daerah tingkat I dan di bawahnya terdapat beberapa orang
al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati).
Contohnya, ketika Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah
seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas,
berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian
dari sejarawan barat.
Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk mengatur urusan
pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) yang diberi
nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani.
3.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih
banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam
bidang ilmu
pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual
Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.
Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni
arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi
atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid
Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang
indah. Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid
yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu
di jadikan penutup gambar kristiani yang ada sebelumnya.
Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di kota-kota besar
dan
kota-kota lainnya banyak di bangun masjid,
sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan
pemandian umum.
4.
Bidang
Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga
kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang
etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari Bizantium, organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak
menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan,
keilmuan, dan bahasa/huruf.
Orang-orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan
mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan
luar.
5.
Bidang
Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam
bidang sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus
sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak
hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni
bukan hanya sultan yang
paling terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal abad ke 16
beliau adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang
penguasa yang shaleh, dan juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa
Turki. Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan antara Katolik, mereka
diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani.
Bahkan Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan
dan kedzaliman Katolik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling
adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.
Di kerajaan Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai
pengaruh yang sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga mereka sering
disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara tentara Maulawi mendapat dukungan
dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi.
Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam,
Tafsir, dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan
dan menekan Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik
terhadap aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan
fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.
2.2.2 Masa Kemunduran Dinasti Usmani
Kerajaan
Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Pengganti
Sulaeman I, Sultan Salim II merupakan pemimpin yang lemah dan pada umumnya
tidak berwibawa. Sehingga kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Usamani dan berakhirnya zaman kekemasannya.
Selain itu para pembesar kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga
sering terjadi penyimpangan keuangan Negara. Sekalipun demikian serangan Eropa
masih terus berlangsung terutama penaklukkan terhadap kota Wina di Australia.
Usaha penaklukkan ini ternyata juga tidak berhasil.
Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu: secara internal dan eksternal, secara internal, yaitu :
1.
Luasnya
wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh
orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya
korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keruntuhan kerajaan Usmani.
2.
Heterogenitas
penduduk menyebabkan kurangnya rasa persatuan, terlebih Usmani merupakan
kerajaan yang coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk
membentuk suatu persatuan.
3.
Kehidupan
yang istimewa dan bermegahan. Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana
jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa
serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan Turki Usmani.
4.
Merosotnya
perekonomian Negara akibat pemborosan harta dan peperangan Turki mengalami
kekalahan terus menerus.
Secara
eksternal, yaitu :
1.
Timbulnya
gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut, Maka
walaupun kerajaan Usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak
mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai
wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan
Usmani. Di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan Dinasti Mamalik
dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah Mesir pada 1772 M hingga
kedatangan Napoleon pada 1789 M. Lalu ada gerakan Wahabisme di tanah Arab yang
dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud,
dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan Turki dengan bantuan tentara
Inggris dari jazirah Arab. Keluarga Saud sendiri memproklamirkan dirinya
sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah Arab selanjutnya dinamakan Saudi
Arabia.
2.
Terjadinya
kemajuan tekhnologi barat, khususnya dalam bidang persenjataan.
Dimana sistem kemiliteran bangsa
barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan Turki Usmani. Oleh
karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi
belakangan, tentara Turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani
sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, Turki mengalami stagnasi
Ilmu pengetahuan. Maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan
jaman. Saat Turki Usmani mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya
sedikit demi sedikit mulai menyusut karena melepaskan diri dan sulit untuk
menyatukannya kembali.
3.
Pengaruh
kehidupan barat yang masuk ke istana.
Penyimpangan orientasi mereka ini
membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan
perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah
mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian
bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin
merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme
individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh
barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir
paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat
menghalangi mereka.
Karena
faktor-faktor tersebut, Turki Usmani menjadi lemah dan kemudian mengalami
kemunduruan dalam berbagai bidang. Pada periode selanjutnya di masa modern,
kelemahan kerajaan usmani ini menyebabkan
kekuatan eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah
muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan kerajaan Usmani, terutama di Timur
Tengah dan Afrika Utara.
2.3
Sejarah Bangsa Mongol dan Para Pemimpinnya
2.3.1 Sejarah Bangsa Mongol
Asal
mula bangsa Mongol adalah masyarakat hutan yang mendiami daerah Siberia dan Mughal
wilayah luar disekitar danau Baikal. Sebenarnya mereka bukanlah seperti suku
nomad yang suka berpindah pindah dari berbagai stepa ke stepa yang lain
walaupun mereka selalu mengalahkan stepa mana saja dimana mereka bertemu
sebagai akibat dari ketangkasan mereka menunggang kuda sambil memainkan anak
panah yang mereka kuasai.
M.
Abdul Karim mengatakan bahwa sejarah bangsa Mongol sudah dimulai pada abad ke
XII M. dan awal abad ke XIII M. sebagaimana ia mengutip dari buku secret
history of the mongol, beberapa sumber Persia dan cina, mengatakan bahwa
tampak pada mulanya bangsa mongol adalah suatu masyarakat hutan, mereka adalah
salah satu dari anak rumpun bangsa tartar. Sebagian besar ahli sejarah
mengatakan bahwa bangsa mongol adalah asal nama suatu tempat asal mereka di
Mongolia, dimana mula- mula mereka tinggal maka dinamakan mongol.
Sejarah
Cina mengatakan bahwa nama Mongol berasal dari bahasa Cina “ mong “ yang
artinya pemberani, namun hampir seluruh sejarawan mengakui bahwa bangsa mongol
muncul bersamaan dengan bangsa Hun di Asia Tengah yang terkenal dengan bangsa Tartar.
Badri Yatim dalam sejarah peradaban islam mengatakan bangsa Mongol berasal dari
pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara,
Tibet Selatan, dan Manchuria barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka
bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra kembar, Tartar dan Mongol. Kedua
putra itu melahirkan dua suku bangsa yang besar, mongol dan tartar. Mongol
mempunyai anak bernama ilkhan yang melahirkan keturunan pimpinan bangsa Mongol di
kemudian hari.
Ada
referensi sejarah yang mengatakan bahwa pada awal abad XII M. Orang-orang
mongol dibawah kekuasaan dinasti Keen di Cina Utara, keberadaan mereka pertama
dibawah pimpinan Khabul Khan dan memberontak terhadap dinasti Cina tersebut dan
mereka menang mutlak mengalahkan Dinasti Keen Kusaku (kusagu). Dengan demikian
orang Mongol mulai dikenal dalam sejarah, demikian pula pimpinan mereka Khabul Kahan
dengan memakai gelar Khakan. Pada akhir abad ke XII M. orang Mongol bersatu di
bawah pimpinan Chengis Khan dan muncul dalam sejarah sebagai kekuatan besar
yang menggetar Asia.
Pimpinan
bangsa Mongol yang pertama adalah Yesugey (W 1175 M), ia adalah ayah Chengis
Khan (biasa dengan ejaan Jengis Khan). Chengis khan sendiri bernama asli
Timujin yang diberikan padanya dalam sebuah sidang kepala suku Mongol tertinggi
pada tahun 1206 M pada umur 44 tahun di Qaraqorum. Ia adalah seorang pandai
besi yang mencuat namanya karena sebuah peperangan yang dimenangkannya melawan
orang Khan atau Torgil kepala Suku Kreyt.
Bangsa
Mongol adalah bangsa biadab yang paling menggetarkan, yang pernah dialami
dunia. Tujuan mereka tidaklah menaklukkan untuk menduduki daerah, juga tidak
untuk merampok saja, tetapi terutama untuk menumpahkan darah dan menghancurkan
negeri. Disetiap daerah yang di laluinya pembunuhan besar-besaran terjadi,
bangunan-bangunan indah dihancurkan, sekolah, masjid-masjid dan gedung-gedung
lainnya di bakar.
2.3.2 Para Pemimpin Mongol
1. Jenghiz
Khan (7H/12-13 M)
Jenghiz Khan adalah pemimpin palinng
terkemuka tanpa tanding. Ialah yang menundukkan seluruh Mongolia dan Tatar di
bawah kekuasaannya dan menyatukan meraka, lalu membentuk pasukan yang sangat
besar. Ia juga yang telah meletakkan undang-undang Mongolia yang terkenal.
Dengan pasukannya ia menyerbu pemerintahannya Khawariz dan menghancurkanya. Ia
menguasai negeri-negeri Asia, antara lain Bukhara, Balkh, Naisabur, Samarkand,
dan juga kota-kota besar Iran.
2. Hulagu
Khan (7H/13 M)
Hulagu Khan adalah pemimpinan Mongolia yang
menghabisi kekhalifahan Abbasiyah, dan menghacurkan Baghdad, dengan membunuh
sebagian besar, pendudukanya. Bahkan juga membunuh Khalifah Al-Mu’tashim,
khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah. Ia kemudian melanjutkan penyerbuannya,
menghancurkan sebagai kota-kota di
Syiria. Hulagu juga mendirikan Pemerintah Ilkhan di Irak.
3. Timur
Lenk (8 H/14 M)
Timur Lenk adalah penguasa muslim India yang
memerangi negeri-negeri tetangga seperti Persia, Irak, Syam, dan Turki. Timur
Lenk adalah penguasa yang pemberani, Timur Lenk artinya Timur yang pincang.
4. Zhahirudi
Babur (10 H/15-16 M)
Zhahirudi Babur adalah pendiri kekaisaran
Mongollia (muslim) di India, yang berkuasa sepanjang tahun 932-1275 H/1526-1858
M.[6]
2.4
Dinasti Mongol di Persia (1265-1502 M)
Hulagu
(raja pertama yang bergelar Ilkhan) digantikan anaknya, Abaqa (1265-1282 M),
bersimpati pada kaum kristen, karena pengaruh ibu tirinya.
Kaisar
Mongol di Persia ke-3, Ahmad Takudar (1282-84 M), inilah kaisar pertama yang
beragama Islam. Ia menggunakan seluruh kemampuannya untuk mambawa seluruh
bangsa Mongol menjadi muslim, dan berkirim pesan ke sultan Mamluk (Qalawun)
yang berisi keinginannya melindungi Islam. Sikapnya ini ditentang rakyat dan
bangsawan, sehingga pada tanggal 10 Agustus 1284 M, ia dihukum mati oleh Arghun
(1284-1291 M). Arghun sangat kejam terhadap Islam, pejabat muslim semuanya
dibunuh, dan semua pengganti Takudar penyembah berhala.
Ghazan
(1295-1304), kaisar ke-7, beribukota di Azerbaijan. Dibesarkan sebagai seorang
Budha, tapi akhirnya masuk Islam. Islam Syi’ah menjadi agama negara.
Kebijakannya: memerintahkan kaum Kristen dan Yahudi membayar jizyah, mencetak
mata uang berinskripsi Islam (Mei 1299), melarang riba, pejabat menggunakan
serban sebagai pengganti pakaian nasional mereka, membentuk lembaga
(Ilkhan/Ghazani) untuk menertibkan administrasi dan keuangan negara. Tahun 1304
meninggal di usia 32 tahun karena sakit.
Uljaytu
Banda (1305-1316, putra Arghun). Ia penganut Syi’ah dan mentahbiskan Hukum Islam
dengan keras. Meminta bantuan Philip le Bol, Edward II dan Paus Clement IV
untuk memerangi Mamluk yang Sunni.
Digantikan
anaknya, Abu Sa’id (1317-1334 [penguasa terakhir]). Ia mengangkat Rashiduddin
dan Ali Shah menjadi menteri. Tapi Ali Shah iri dengan kejujuran, loyalitas,
dan ke-pakar-an (ahli sejarah dan astronomi) Rashiduddin, sehingga ia dibunuh.
Hubungan dengan Mamluk (sultan Nasir Muhammad) mencair pada tahun 1332
dalam memperebutkan Siria.
Perselisihan
dalam tubuh Ilkhaniyah menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti-dinasti
kecil. Tapi mereka dapat dipersatukan pada masa Timur Lenk yang membentuk
dinasti Timuriyah yang berpusat di Samarkand.
Kekuatan
Timur (w.1408) sudah berkembang pada tahun 1369. mulai tahun 1380 ia memulai
peperangan yang panjang dan serius di persia dan Afghanistan; memperkecil
Mesopotamia, merampas Baghdad, menyerang Khan Golden Horde di Rusia Selatan,
menyerbu India utara, Anatolia dan mengusir orang Turki Usmani di Angora,
syiria diperkecil, Aleppo dan Damaskus kekuasaan Mamluk dirampas, Samarkand di
Transoxinia dijadikan ibukota negara. Keturunan Timur bertahan se-Abad, namun
ada keturunannya (Baber) yang menyerbu Lahore pada tahun 1525 dan mendirikan
Kerajaan Mughal di India.
2.5
Kebudayaan Mongol dan Dampak Kekuasaan Mongol
2.5.1
Kebudayaan Mongol
Hulagu
Khan sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat. Atas
daran Nasiruddin at-Tusi, seorang filsuf nuslim besar, ia membangun
observatorium di Maragha tahun 1259.
Sebagian
wilayah Ilkhan yang berada dikawasan kebudayaan Arab seperti Irak, Kurdistan
dan Azerbaijan, diwarisi oleh Dinasti Jalayiriyah. Jalayir adalah suku Mongol
yang mengikuti Hulagu ketika menakhlukan negeri-negeri Isalm. Dinasti ini
didirikan oleh Hasan Buzurg (agung), yang dibedakan dengan Hasan Kuchuk (kecil)
dari Dinasti Chupaniyah, musuh bebuyutannya yang memerintah sebagai gubernur di
Anatolia di bawah Sultan Abu Sa’id, penguasa terakhir Dinasti Ilkhan. Hasan Buzurgakhirnya
menundukan Chupaniyah walaupun ia masih harus mengakui kekuasaan Ilkhan, dan memusatkan kekuasaan di Baghdad.
Di masa Uways, pengganti Hasan Agung, jalayiriah baru memiliki kedaulatan
secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaijan, namun mendapat perlawanan dari
Dinasti Muzaffariyah dan khan-khan Horde Keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan
oleh Qara Qoyunlu.
Kultur
Islam yang berada di kawasan Arab, Iraq, Syiria, dan sebagian Persia, walau
secara politis ditaklukkan Mongol, tapi akhirnya Mongol sendiri yang terserap
ke dalam budaya Islam.
Dapat
disimpulkan bahwa akar budaya Islam di
kawasan budaya Arab diperintah bukan hanya oleh dinasti yang berbangsa Arab,
tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih
berganti berkuasa, tapi yang langgeng adalah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri,
baik pada masa klasik maupun masa modern.
2.5.2 Dampak Kekuasaan Mongol
Kekuasaan
mongol terhadap peradaban Islam sungguh sangat terasa. Dampak negative tentunya
lebih banyak jika dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas di
mana-mana dari serangan Mongol, sejak dari wilyah timur hingga ke barat.
Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan
perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi umat
Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu yang
membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan juga di lakukan terhadap umat Islam yang tidak berdosa.
Bangsa
Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek
moyang mereka, beralih memeluk agama Buddha dan rupanya mereka
bersimpati terhadap orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan
menghalang-halangi dakwah islam dikalangan Mongol. Yang lebih fatal lagi ialah
hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang di dalamnya terdapat
berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap
dibakar oleh Hulagu. Suatu kerugiann besar bagi Khazanah ilmu pengetahuan yang
dampaknyamasih dirasakan hingga kini.
Adapula
dampak postif dengan berkuasanya Dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya
memeluk agama Islam. Mereka dapat menerima dan masuk ke agama Islam, anatara
lain disebebkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam
jangka panjang. Seperti yang dilakukan oleh Ghazan Khan (1295-1304) yang
menjadikan islam sebagai agama resmi kerajaannya, walau pada mulanya beragama
Buddha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan
keislamanya.
Dan yang kebih mendorongnya masuk Islam ialah
Karena pengaruh seorang menterinya, Rashiduddin yang terpelajar dan ahli
sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog dengannnya dan Nawruz, seorang
gubernurnya untuk beberapa provinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar jizyah, dan memerintahkan
untuk mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba, serta menyuruh para
pemimpinnya menggunakan sorban.
Ia
gemar kepada seni dan ilmupengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti
mongol, arab, Persia, cina, tibel dan latin. Ia wafat pada usia 32 tahun karena
tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya, yaitu
ketika apsukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha
untuk menggusurnya dari kekuasnnya. Sepeninggal Ghazan digantikan oleh Uljaytun
Khuda baNda (1305-1326) yang memberlakukan aliran Syi’ah sebagai hukum resmi
kerajannya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama Sultaniyah, yang dibangun
dengan arsitektur khas Ilkhan dan
menjadi pusat perdagangan yang
menghubungkan antara dunia barat dan india serta timur jauh. Namun perselisihan
dalam keluaraga Dinasti Ilkhan menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.[7]
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kerajaan Turki Utsmani merupakan kerajaan
yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling
bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi
pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang
memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke
Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan
kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah
satu hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimin, dengan
orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk
menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat
terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan
perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah
mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian
bagian wilayah yang dikuasai oleh Turki Usmani ini mulai tergerak ingin merubah
hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual
sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat
mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan Turki ini, dan terlahir
paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat
menghalangi mereka.
Jatuhnya Kota
Baghdad pada tahun 1258 M, ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri
khilafah Abbasiyah, tapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan
peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam
yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap di bumi
hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
kehidupan. mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah
taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa
Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.
Timur
lenk, salah satu keturunan Jenghis Khan misalnya, pada akhir hayatnya memeluk
Islam, berkat usaha sultan Faraj, seorang dari raja Mamluk yang mengutus
delegasi dengan pimpinan Ibn Khaldun Bapak Sosiologi Islam yang termashur saat
itu.
Pada saat Mongol diperintah oleh Abu Sa’id ( 1317-1335 M ),
terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan
es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan
akhirnya terpecah belah sepeninggalan abu Sa’id dan masing-masing pecahan
saling memerangi. Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
Ada dua aspek menarik dari pengkajian sejarah kerajaan
Shafawi pada ( 1501-1722 M ). Pertama, lahirnya kembali dinasti Shafawi
adalah kebangkitan kembali kejayaan Islam. Ketika Islam sebelumnya pernah
mengalami masa kecemerlangan. Kedua, dinasti Shafawi telah memberikan
kepada Iran semacam “Negara Nasional” dengan identitas baru, yaitu aliran Syiah
yang menurut G.H. Jansen merupakan landasan bagi perkembangan nasionalisme Iran
Modern.
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut
diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667
M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan
Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi
tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
3.2 Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami
menyadari tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu
kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan,
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, Samsul Munir.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Amzah.2010.
Bakri, Syamsul.Peta Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta:Fajar
Media Press.2011.
Syalabi,
Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, Jakarta:
Kalam Mulia. 1988.
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Rajawali
Press.2011.
[1]
Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta : Rajawali Press,1999,hllm.130.
[2] Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam,hlm.130.
[3]
Dr. Badri Yatim,M.A., Ibid.,hlm.131, juga Prof. Dr. Hamka, Sejarah Umat Islam,
jillid III, Jakarta:Bulan Bintang, 1980
[4] Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid
I, Jakarta :UI Press, 1985,hlm.84. juga Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, terjemahan dari The Preaching of Islam, Jakarta : Wijaya, 1981, hlm.130.
[5] Syafiq A. Mughni, hlm.54-56.
[6]
Ahmad Al-Usziry, Sejarah Islam Sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,hlm.323-324.
[7] Hassan, Sejarah
dan Kebudayaan Islam,hlm.306-313.
;;
Subscribe to:
Komentar (Atom)




